Pages

Friday, 21 February 2014

Resensi Film-Akeelah and the Bee



Judul Film          : Akeelah and the Bee
Pemain               : Keke Palmer, Laurence Fishburne, Angela Basset, Curtis Armstrong, 
                             JR  Villarreal, Sean Michael
Tahun Rilis          : 2005
Sutradara            : Doug Atchison
Rumah Produksi  : Lions Gate
 
     Akeelah Anderson (Keke Palmer), 11 tahun, merasa tidak nyaman dengan hidupnya ketika ia mulai sekolah di SMP Crenshaw. Akeelah tidak puas dengan sekolahnya yang tidak memiliki fasilitas memadai. Ia juga sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari teman-temannya. Sebagai wujud kekesalannya, ia jarang mengerjakan PR, sering bolos, dan acuh tak acuh terhadap teguran gurunya.
     Tapi, bukan berarti ia lantas bodoh. Akeelah pernah lompat kelas saat kelas 2 sehingga umurnya lebih muda daripada teman-teman sekelasnya. Guru kelasnya, Mrs. Cross, melaporkan pada Kepala Sekolah, Mr. Welch (Curtis Armstrong), bahwa Akeelah melakukan kesalahan dalam tes mengeja, meski ia tak belajar sebelum tes.
     Mr. Welch berusaha membujuk Akeelah untuk ikut serta dalam lomba mengeja atau Spelling Bee sehingga sekolah bisa mendapat pendanaan untuk kelangsungan proses belajar-mengajar. Dengan ancaman hukuman atas absensinya, Mr. Welch berhasil membuat Akeelah bersedia berkompetisi dalam ajang Spelling Bee melawan teman-teman sekolahnya.
     Akeelah menang dengan mudah. Seorang mantan juara nasional Spelling Bee, Dr. Larabee (Laurence Fishburne), ditunjuk menjadi pelatihnya mempersiapkan diri menghadapi kompetisi di tingkat kabupaten mewakili sekolah. Sayang, Akeelah bersikap tidak sopan sehingga Dr. Larabee tidak bersedia melatihnya.
     Meski berhasil masuk 10 besar yang akan bersaing di tingkat regional, Akeelah merasa dirinya hanya sedang beruntung. Ia sadar, ia butuh seorang pelatih untuk menghadapi lawan-lawannya nanti. Dengan ibu yang melarangnya ikut perlombaan, lawan yang sangat tangguh, dan ketiadaan seseorang yang melatihnya, Akeelah merasa tidak akan sanggup menghadapi final di tingkat regional.
     Berhasilkah ia membujuk ibunya untuk memberinya ijin mengikuti lomba? Akankah Dr. Larabee bersedia melatihnya setelah Akeelah meminta maaf? Bisakah Akeelah lolos ke final tingkat nasional dan menandingi peserta lomba lainnya, terutama Dylan Chiu, runner up selama dua tahun berturut-turut yang juga bertekad menang tahun ini?
     Film ini akan membuka mata kita, bahwa seringkali kita tidak menyadari bakat yang kita miliki. Ada pula yang mengetahui bakat yang dimiliki, tapi tidak punya, entah niat atau keberanian, untuk mengembangkan bakatnya. Takut gagal, takut mempermalukan diri sendiri, takut diejek, takut dianggap aneh, takut kalah, dan segelintir ketakutan lainnya. Film ini mengajak kita untuk berani melawan ketakutan-ketakutan tersebut. Berani berproses dan menikmati proses.

1 comments:

Unknown said...

gan numpang copas untuk tugas

Post a Comment